3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran


Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP dapat mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang keempat paradigma dilema etika, ketiga prinsip dilema etika, dan 9 langkah pengujian keputusan pada konteks di sekolah asal masing-masing.

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)


Tahapan Demonstrasi Kontekstual ini merupakan wadah bagi Anda untuk menunjukkan pemahaman Anda mengenai keseluruhan materi. Anda diberi kesempatan untuk “membumikan” materi di modul ini dengan konteks lokal yang Anda hadapi. 

Apa saja bahan, alat atau pihak yang Anda butuhkan dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Dalam hal ini, kesempatan tersebut berupa jurnal monolog.

Anda diminta untuk membuat sebuah jurnal monolog (diskusi dengan diri sendiri). Jurnal ini dapat berupa blog-tulisan naratif maupun sebuah video atau audio yang merekam Anda menyampaikan sendiri konten berdurasi 3-5 menit, sesuai pertanyaan panduan berikut ini.

Panduan Pertanyaan/Guiding Questions:

  • Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?
  • Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?
  • Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.
  • Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.


Di Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin pembelajaran ini, bagaimana saya akan mengimbaskannya kepada rekan-rekan guru? Pertanyaan ini adalah sesuatu yang perlu kita tindak lanjuti dalam setiap tahapan modul pada program Guru Penggerak (PGP) ini. Karena saya merasa hampir semua bahan-bahan pada modul PGP ini sangat baik dan menggungah hati untuk dibagi kepada rekan-rekan guru. Karena juga bahan-bahan pada PGP ini ada banyak hal yang mengubah paradigma berfikir saya. Saya akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang telah dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal saya dengan menyampaikan bahan ini kepada rekan-rekan guru dalam diskusi pribadi, diskusi dengan kelompok-kelompok guru dan atau dengan menyampaikan bahan ini kepada rekan-rekan guru dalam sebuah seminar mini di sekolah. Memperbanyak bahan dan membagikan kepada rekan guru sehingga ada bahan yang akan dibaca dan ditelaah,didiskusikan terutama dalam study-study kasus yang sesuai dengan kondisi sekolah kami. Selain membagikannya kepada rekan guru di sekolah saya, modul ini saya juga akan saya bagikan di blog pribadi dan media sosial saya. Sehingga akan lebih banyak rekan guru lain khususnya yang belum ikut PGP ini membaca dan menerimanya sebagai pengetahuan tambahan dan dapat diterapkan di sekolah.

Untuk langkah awal yang akan saya lakukan untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah tentunya menguatkan pemahaman saya tentang 4 (empat) paradigma dilema etika, 3 (tiga) prinsip dalam mengambil keputusan dan 9 (sembilan) langkah pengambilan keputusan. Karena bahan pada modul ini merupakan bahan yang baru bagi saya yang tentunya butuh latihan. Dan selanjutnya melatih diri menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah tersebut dalam mengambil keputusan pada kasus dilema etika (benar vs benar) terutama di kasus-kasus di sekolah.

Keempat paradigma dilema etika:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). 

Ketiga prinsip pengambilan keputusan:

 1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Sembilan langkah pengambilan keputusan:

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi
ini.

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4. Pengujian benar atau salah

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6. Melakukan Prinsip Resolusi Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

7. Investigasi Opsi Trilema Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. 

8. Buat Keputusan Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali

Mulai Kapan saya akan memulai menerapkan langkah-langkah pengambilan keputusan diatas tentunya tidak dapat dipastikan apakah hari ini, besok, lusa, minggu depan, bulan depan. Langkah-langkah pengambilan keputusan ini akan saya terapkan adalah ketika dihadapkan pada situasi dilema etika yang memerlukan pengambilan keputusan terbaik yang bijaksana. Jika hari ini mengalami dilema etika maka hari ini saya akan menerapkan langkah-langkah tersebut, jika besok mengalami dilema etika maka besok akan diterapkan langkah-langkah tersebut, dan seterusnya. Harapan kita tentunya ketika  dihadapkan pada situasi dilema etika maka kita dapat melakukan pengambilan keputusan dengan memperhatikan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 

Dan akhirnya dalam mengambil sebuah keputusan kita tidak hanya kita lakukan sendiri saja tentu perlu masukan-masukan dari rekan guru terutama yang bisa kita ajak berdiskusi dan berbagi sehingga kita mengetahui apakah keputusan yang telah kita ambil ini sudah tepat dan efektif atau belum. Menurut saya orang-orang yang bisa saya jadikan teman diskusi/pendamping dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah rekan-rekan sejawat di sekolah, rekan calon guru penggerak, pengajar praktik, fasilitator, kepala sekolah, orang tua siswa, siswa, komite sekolah, dan juga pengawas sekolah. 


Pada pertanyaan  1 rencana saya dengan dibantu oleh pembimbing dari Guru Penggerak dan kepala sekolah, dan juga rekan calon guru penggerak di sekolah saya melakukan sosialisasi kepada rekan kerja beberapa guru yang turut andil dalam program. Langkah awal membuat proposal perencanaan, diskusi dengan pembimbing dan kepala sekolah, melakukan prakegiatan sosialisasi, kemudikan sosialisasi, evaluasi. Mulai kapan jika bisa ketika selesai pembelajaran di sekolah sehingga tidak menyita waktu teman dalam proses pembelajaran. Waktu bulan Mei 2022. Dan tentunya pendamping, fasilitator,rekan sesama guru Penggerak menjadi pengawas saya.


3.1.a.5. Ruang Kolaborasi- Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 























 

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri-Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran




1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Kita tahu bahwa pratap triloka dalam pendidikan sebagai sistem among yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD) adalah :

  • Ing ngarsa sung tuladha , maknanya adalah ketika kitab guru di posisi depan seorang guru menjadi teladan bagi muridnya.
  • Ing madya mangun karsa, maknanya adalah ketika kita ada ditengah seorang guru memberi semangat, menjalin komunikasi yang membangun dengan muridnya.
  • Tut wuri handayani, maknanya adalah ketika kita dibelakang peran guru sebagai motor penggerak yang memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensi murid.


  • Tentunya ketika kita menjalankan peran sebagai guru, ada kalanya guru dihadapkan dalam situasi yang mengandung dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi dilematis yang terjadi Ketika seseorang harus memilih antar dua pilihan benar. Di mana kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan. Bujukan moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.

Nah, dari pandangan KHD dengan filosofi Pratap Triloka terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah kita guru menyadari bahwa dalam lingkungan sekolah akan ditemukan berbagai dilema etika dan bujukan moral. Maka dari itu disinilah guru harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka dari KHD dengan cara menjadi sosok teladan yang positif, motivator, dan sekaligus moral support bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar sehingga  guru diharapkan selalu medasarkan  pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan dalam situasi yang menantang.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang ada pada diri kita guru tentu berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Kita mengenal ada tiga prinsip yang dapat kita ambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita. Contoh: Ketika ada guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking). Dan bisa juga ketiga prinsip tersebut dalam kasus-kasus tertentu beririsan atau tak bisa kita lepas satu dengan yang lain

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Prinsip coaching ini dapat kita lakukan pada diri sendiri yang mengalami suatu dilema. Kita bisa membantu dengan menanyakan pertanyaan pertanyaan reflektif yang harus dijawab untuk bisa menemukan solusi atau keputusan terbaik. Pertanyaan penuntun tersebut diharapkan mampu mengarahkan keputusan kita menjadi tepat. Ketika kita akan melakukan sebuah pengambilan keputusan, kita melakukan uji benar lawan salah dan benar lawan benar sebelum keputusan kita buat. Kita harus mengenali dengan jujur apakah masalah yang sedang dihadapinya tersebut sebuah dilema etika atau hanyalah sebuah bujukan moral semata. Untuk diingat kembali perbedaan bujukan moral dan dilema etika adalah bahwa pada sebuah bujukan moral ada nilai salah yang terkandung di dalam keputusan tersebut. Bila kita sudah dapat mendeteksi ada kesalahan atau ketidakbenaran di dalam permasalahan tersebut, seharusnya respon yang kita ambil adalah menolaknya. Bujukan moral hanya membawa kita kepada kepada kesalahan yang lebih mendalam bila kita memilihnya, karena memang mengandung sebuah ketidakbenaran.

4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Kita guru dalam proses pembelajaran tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh-contoh yang memang biasa terjadi dan mungkin  pernah dialami oleh kita guru, artinya kasus yang diberikan cukup representatif bagi kasus-kasus yang dihadapi guru di sekolah. Dan melalui bahan modul ini telah memberikan petunjuk dan pedoman agar kita guru tidak terjebak dalam situasi yang sama dalam kebingungan tetapi dapat bertindak secara bijak melalui 3 prinsip, 4 paradigma, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat kita semakin menyadari perilaku yang benar dan perilaku yang salah.

5. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Tentunya pengambilan keputusan memiliki arti penting bagi terciptanya lingkungan positif di suatu sekolah. Pengambilan keputusan yang bijak yang mengedepankan keberpihakan kepada murid dan tetap memperhatikan kebaikan semua pihak akan menghasilkan suatu perubahan terhadap sekolah ke arah yang lebih baik, terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Sebaliknya pengambilan keputusan yang kurang tepat akan berdampak buruk pada sekolah itu sendiri.

6. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Memang suatu perubahan tidak dapat dibangun dalam waktu yang singkat. Suatu paradigma yang sudah tertanam begitu lama dalam diri kepala sekolah, guru, murid, wali murid dan masyarakat dan telah menjadi budaya tentu akan menjadi sebuah tantangan dan butuh proses untuk penyesuain. Kasus dilema etika masih akan menjadi bagian di lingkungan sekolah. Menurut saya kita harus fokus pada proses dan langkah perubahan yang telah dibuat meski masih belajar dan belajar. Dan kita jangan lelah memeberi pengimbasan ke rekan-rekan guru terhadap suatu hal baik, baik secara pertemuan pribadi, kelompok kecil atau seminar kecil. Kesulitan akan tetap ada tetapi jika kita juga melakukannya terus dan membiasakannya akan meminimalkan kesulitan-kesulitan.

7. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Kita Guru dalam pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pembelajaran yang diberikan kepada murid. Tentunya jika kita menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional tentunnya dapat memerdekakan murid kita baik dari aspek kognitif, psikomotorik maupun afektifnya. 

8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Saya yakin pengambilan keputusan yang dilakukan guru sebagai pemimpin pembelajaran secara bijaksana tentu akan mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-murid. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, menghargai keberagaman dan keunikan orang lain, dan mampu menggali potensi dan kekuatan mereka, mensyukuri kehidupan mereka, dll. Hal- hal ini merupakan soft skill yang amat membantu mereka di kemudian hari.

9. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat diambil dari modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal — hal yang berkaitan dengan murid. Nilai — nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya serta pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, dan nyaman. Keputusan yang diambil seorang guru, mempengaruhi pembelajaran yang memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan.

Pada akhirnya kesemua modul-modul lainnya membangun paradigma guru dalam memandang murid-muridnya untuk berpihak pada murid bahkan berhamba pada anak. Modul-modul sebelumnya memberikan kita pelatihan untuk landasan berpikir dalam menjalankan perannya sebagai guru penggerak di sekolah maupun di lingkungan. Tetapi semua itu tentunya membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Dan modul ini mengajarkan bagaimana kita dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan yang tepat dalam memandang dan menilai situasi sulit sehingga memudahkan kita mengambil keputusan yang bertanggung jawab, bijaksana bahkan dalam kasus yang sulit sekalipun kita mampu mengambil keputusan yang bijaksana nantinya.

Juster Tarigan,S,Pd.CGP angkatan 4 Kabupaten Karo SMAN 1 Tiganderket


Aksi Nyata 2.2. PSE dan Berdiferensiasi dan Refleksi






Juster Tarigan     CGP angkatan 4 Kabupaten Karo SMAN 1 Tiganderket

WEBINAR IKM

WEBINAR IKM