1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Kita tahu bahwa pratap triloka dalam pendidikan sebagai sistem among yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD) adalah :
- Ing ngarsa sung tuladha , maknanya adalah ketika kitab guru di posisi depan seorang guru menjadi teladan bagi muridnya.
- Ing madya mangun karsa, maknanya adalah ketika kita ada ditengah seorang guru memberi semangat, menjalin komunikasi yang membangun dengan muridnya.
- Tut wuri handayani, maknanya adalah ketika kita dibelakang peran guru sebagai motor penggerak yang memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensi murid.
- Tentunya ketika kita menjalankan peran sebagai guru, ada kalanya guru dihadapkan dalam situasi yang mengandung dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi dilematis yang terjadi Ketika seseorang harus memilih antar dua pilihan benar. Di mana kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan. Bujukan moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.
Nah, dari pandangan KHD dengan filosofi Pratap Triloka terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah kita guru menyadari bahwa dalam lingkungan sekolah akan ditemukan berbagai dilema etika dan bujukan moral. Maka dari itu disinilah guru harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka dari KHD dengan cara menjadi sosok teladan yang positif, motivator, dan sekaligus moral support bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar sehingga guru diharapkan selalu medasarkan pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan dalam situasi yang menantang.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang ada pada diri kita guru tentu berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Kita mengenal ada tiga prinsip yang dapat kita ambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita. Contoh: Ketika ada guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking). Dan bisa juga ketiga prinsip tersebut dalam kasus-kasus tertentu beririsan atau tak bisa kita lepas satu dengan yang lain
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Prinsip coaching ini dapat kita lakukan pada diri sendiri yang mengalami suatu dilema. Kita bisa membantu dengan menanyakan pertanyaan pertanyaan reflektif yang harus dijawab untuk bisa menemukan solusi atau keputusan terbaik. Pertanyaan penuntun tersebut diharapkan mampu mengarahkan keputusan kita menjadi tepat. Ketika kita akan melakukan sebuah pengambilan keputusan, kita melakukan uji benar lawan salah dan benar lawan benar sebelum keputusan kita buat. Kita harus mengenali dengan jujur apakah masalah yang sedang dihadapinya tersebut sebuah dilema etika atau hanyalah sebuah bujukan moral semata. Untuk diingat kembali perbedaan bujukan moral dan dilema etika adalah bahwa pada sebuah bujukan moral ada nilai salah yang terkandung di dalam keputusan tersebut. Bila kita sudah dapat mendeteksi ada kesalahan atau ketidakbenaran di dalam permasalahan tersebut, seharusnya respon yang kita ambil adalah menolaknya. Bujukan moral hanya membawa kita kepada kepada kesalahan yang lebih mendalam bila kita memilihnya, karena memang mengandung sebuah ketidakbenaran.
4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Kita guru dalam proses pembelajaran tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh-contoh yang memang biasa terjadi dan mungkin pernah dialami oleh kita guru, artinya kasus yang diberikan cukup representatif bagi kasus-kasus yang dihadapi guru di sekolah. Dan melalui bahan modul ini telah memberikan petunjuk dan pedoman agar kita guru tidak terjebak dalam situasi yang sama dalam kebingungan tetapi dapat bertindak secara bijak melalui 3 prinsip, 4 paradigma, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat kita semakin menyadari perilaku yang benar dan perilaku yang salah.
5. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Tentunya pengambilan keputusan memiliki arti penting bagi terciptanya lingkungan positif di suatu sekolah. Pengambilan keputusan yang bijak yang mengedepankan keberpihakan kepada murid dan tetap memperhatikan kebaikan semua pihak akan menghasilkan suatu perubahan terhadap sekolah ke arah yang lebih baik, terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Sebaliknya pengambilan keputusan yang kurang tepat akan berdampak buruk pada sekolah itu sendiri.
6. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Memang suatu perubahan tidak dapat dibangun dalam waktu yang singkat. Suatu paradigma yang sudah tertanam begitu lama dalam diri kepala sekolah, guru, murid, wali murid dan masyarakat dan telah menjadi budaya tentu akan menjadi sebuah tantangan dan butuh proses untuk penyesuain. Kasus dilema etika masih akan menjadi bagian di lingkungan sekolah. Menurut saya kita harus fokus pada proses dan langkah perubahan yang telah dibuat meski masih belajar dan belajar. Dan kita jangan lelah memeberi pengimbasan ke rekan-rekan guru terhadap suatu hal baik, baik secara pertemuan pribadi, kelompok kecil atau seminar kecil. Kesulitan akan tetap ada tetapi jika kita juga melakukannya terus dan membiasakannya akan meminimalkan kesulitan-kesulitan.
7. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Kita Guru dalam pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pembelajaran yang diberikan kepada murid. Tentunya jika kita menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional tentunnya dapat memerdekakan murid kita baik dari aspek kognitif, psikomotorik maupun afektifnya.
8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Saya yakin pengambilan keputusan yang dilakukan guru sebagai pemimpin pembelajaran secara bijaksana tentu akan mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-murid. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, menghargai keberagaman dan keunikan orang lain, dan mampu menggali potensi dan kekuatan mereka, mensyukuri kehidupan mereka, dll. Hal- hal ini merupakan soft skill yang amat membantu mereka di kemudian hari.
9. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat diambil dari modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal — hal yang berkaitan dengan murid. Nilai — nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya serta pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, dan nyaman. Keputusan yang diambil seorang guru, mempengaruhi pembelajaran yang memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan.
Pada akhirnya kesemua modul-modul lainnya membangun paradigma guru dalam memandang murid-muridnya untuk berpihak pada murid bahkan berhamba pada anak. Modul-modul sebelumnya memberikan kita pelatihan untuk landasan berpikir dalam menjalankan perannya sebagai guru penggerak di sekolah maupun di lingkungan. Tetapi semua itu tentunya membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Dan modul ini mengajarkan bagaimana kita dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan yang tepat dalam memandang dan menilai situasi sulit sehingga memudahkan kita mengambil keputusan yang bertanggung jawab, bijaksana bahkan dalam kasus yang sulit sekalipun kita mampu mengambil keputusan yang bijaksana nantinya.
Juster Tarigan,S,Pd.CGP angkatan 4 Kabupaten Karo SMAN 1 Tiganderket
Tidak ada komentar:
Posting Komentar